Tamanews.id | Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menegaskan bahwa koperasi harus menjadi pilar utama ekonomi kerakyatan Indonesia. Pesan tersebut ia sampaikan dalam acara Musyawarah Wilayah (Muswil) Dewan Koperasi Indonesia Wilayah NTB (Dekopinwil) yang digelar di Bank NTB Syariah, Selasa (9/12). Dalam kesempatan itu, Gubernur Iqbal menyampaikan pandangannya tentang pentingnya kemandirian ekonomi yang tumbuh dari kekuatan masyarakat sendiri.
Gubernur Iqbal mengungkapkan bahwa pemahaman tentang koperasi sudah dikenalkan kepadanya sejak muda, terutama prinsip bahwa masyarakat harus mampu menolong dirinya sendiri melalui usaha bersama. Menurutnya, konsep koperasi bukan sekadar model usaha, tetapi sebuah filosofi yang menolak ketergantungan dan menegaskan pentingnya gotong royong dalam menghadapi tantangan ekonomi.
“Bangkit itu bukan menunggu dibangkitkan, tetapi bergerak bersama,” ujar Gubernur Iqbal menegaskan.
Ia menyoroti kondisi koperasi Indonesia saat ini yang dinilainya belum mampu menunjukkan kekuatan sebagaimana koperasi-koperasi besar di negara lain. Ia menyebut contoh seperti Rabobank di Belanda atau jaringan Raiffeisen di Jerman, Austria, dan Swiss yang mampu menguasai sektor pangan, logistik, hingga perbankan. Sebaliknya, dengan jumlah penduduk hampir 300 juta jiwa, Indonesia justru belum memiliki koperasi yang dapat menembus kelas internasional.
Menurut Gubernur, salah satu penyebab lemahnya koperasi di Indonesia adalah birokrasi yang lamban dan pola pengelolaan yang belum bergerak mengikuti dinamika zaman. Karena itu, ia meminta Bank NTB Syariah mempercepat transformasi koperasi desa, khususnya Koperasi Desa Merah Putih yang kini tengah didorong menjadi pionir.
Gubernur Iqbal menargetkan pembentukan 50 koperasi percontohan dengan dukungan modal awal Rp50 juta untuk masing-masing koperasi. Dana tersebut diharapkan menjadi langkah awal agar koperasi membangun portofolio usaha, memperkuat kapasitas kredit, dan menciptakan model bisnis yang bisa direplikasi ke seluruh desa di NTB.
Ia juga menyebut potensi besar dari 1.166 desa dan kelurahan yang dapat menjadi basis koperasi desa. Jika setiap koperasi mampu tumbuh hingga memiliki kapitalisasi Rp1 miliar, maka total valuasi koperasi desa dapat mencapai lebih dari Rp1 triliun, sekaligus membentuk jaringan distribusi logistik yang kuat dan merata.
Selain itu, Gubernur Iqbal menekankan tiga hal penting: pembangunan pusat kompetensi koperasi, pengembangan model bisnis baru yang tidak hanya mengandalkan simpan pinjam, serta penguatan partisipasi anggota agar koperasi benar-benar menjadi milik bersama, bukan dikuasai segelintir orang.
“Koperasi adalah gerakan. Koperasi adalah jalan menuju kemandirian ekonomi rakyat,” pungkasnya.
Dengan komitmen tersebut, NTB optimistis dapat melahirkan koperasi berskala besar dan menjadi contoh transformasi ekonomi kerakyatan tingkat nasional.